KEBUDAYAAN TIMOR
ETIMOLOGI NAMA TIMOR
Ada beberapa kemungkinan untuk menjelaskan nama “Timor”.
Pertama Timor diduga berasal dari kata bahasa Latin yang berarti:
Ketakutan. Dalam kaitan dengan sebutan atau arti kata Timor ini, maka
diduga pula bahwa kelompok penduduk pertama yang bertemu dengan orang
asing (Eropa) menunjukan rasa takut yang berlebihan, sehingga mereka
tidak mampu menjawab pertanyaan pendatang tersebut tentang nama pulau
mereka. Bertolak dari pengalaman tersebut, maka orang asing itu memberi
nama “timor” kepada pulau yang penduduknya takut.
Kedua, Ada sementara orang mengatakan bahwa nama sesungguhnya dari pulau
ini bukan timor melainkan timur. Mengapa disebut timur? Dikatakan bahwa
kata timur dalam salah satu bahasa asing mengandung pengertian
“kuning”. Berdasarkan kesimpulan sementara boleh dibenarkan nama dengan
pengertian tersebut, karena di daratan Timor tumbuh sejenis pohon (Orang
Dawan menyebutnya: Hau molo’) yang bagian intinya berwarna kuning dan
termasuk salah satu bahan perdagangan yang dicari orang-orang asing
khususnya Eropa dan Asia.
1. IDENTIFIKASI
Penduduk pulau Timor, baik yang tinggal di wilayah Indonesia, maupun di
wilayah Portugis, terdiri dari beberapa suku bangsa khusus yang berbeda
karena bahasa beberapa unsur dalam adat istiadat serta sistem
kemasyarakatannya. Demikian mereka membedakan antara orang Roti, orang
Helon, orang Atoni, orang Belu, orang Kamak, orang Marae, dan orang
Kupang. Namun semua orang yang asal dari pulau Timor dan sekitarnya akan
menyebut dirinya putra Timor, apabila mereka berada di luar daerahnya,
seperti di Jakarta.
2. ANGKA-ANGKA DAN DATA-DATA DEMOGRAFIS
Sejak berabad-abad penyakai-penyakit epidermis saperti cacar serta
penyakit-panyakit lain seperti frambusia dan lepra telah banyak memekan
korban di antara penduduk Timor. Usaha-usaha vaksinasi yang di jalankan
pada tahun-tahun 1898-1899,telah menyebabkan berkurangnya
penyakit-penyakit tersebut.
Angka-angka mengenai jumlah penduduk Timor dari zaman sebelum abad ke 20
adalah amat sedikit. Daribeberapa tulisan, antara lain dari J. Krusem
an (1756) dan dari Kolonial Verslag (1860), dapat disusun perkembangan
jumlah penduduk Timor dalam tahun-tahun tersebut perswapraja.
Angka-angka mengenai jumlah penduduk Timor pada masa yang lebih akhir
adalah berdasarkan atas sensus penduduk.
3. BENTUK DESA
Desa-dasa di bangun di atas puncak-puncak gunung karang dan dikelilingi
dengan dinding batu, atau semak –semak berduri. Desa semacam ini
biasanya didiami oleh sebuah kelompok kerabat dengan seorang kepalanya
sendiri.
Pola perkampungan yang asli dari orang Timor adalah sebuah kelompok
padat dari rumah-rumah serta beberapa kandang ternak sapi yang di beri
pagar disekelilingnya. Rumah-rumah asli dari orang Timor di pedesaan
berbentuk seperti sarang labah, dengan atapnya yang hampir mencapai
tanah. Sebuah pumah biasanya didiami oleh satu keluarga batih. Sebuah
rumah terdiri atas dua bagian yaitu bagian luar yang disebut sulak, dan
bagian dalam yang disebut nanan.
4. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian dari sebagian besar orang Timor di daerah pedesaan
adalah bercocok tanam di ladang. Suatu terkecualian ada di daerah Belu
Selatan, dimana orang sudah mulai mengerjakan sawah. Bila sebidang tanah
telah dipilih untuk dijadikan ladang, maka pengerjaan penggarapan
dilakukan oleh satu keluarga batih.Suatu keluarga batih, dengan
menggunakan alat yang sangat sederhana yaitu sebuah tongkay yang
ujungnya diberi berlapis besi yang runcina dan tajam dan dengan sebuah
parang.
Selain bercocok tanam, peternakan pada masa sekarang merupakan suatu
mata pencaharian yang penting bagi orang Timor. Suatu mata pencaharian
lain yang pentin terutama bagi orang-orang yang tinggal di daerah pantai
adalah menangkap-menangkap ikan-ikan kecil,kerang dan teripang.
Kerajinan tangan yang terutama dikerjakan oleh orang Timor menenun kain
dan menganyam keranjang-keranjang. Kerajinan mengukir. Terutama dipakai
untuk menghiasi tiang rumah, kulit kerbau, tanduk kerbau, tempurung
kalapa,dan bambu.
5. SISTEM KEKERABATAN
Pola perkawinan yang disukai oleh orang Timor, adalah perkawinan yang
terjadi antara seorang pemuda dengan seorang anak putri saudara
laki-laki ibu. Walaupun demikian seorang pemuda bisa kawin dengan wanita
manapun, asal tidak dengan anak saudara ibunya yang dianggap masih
sekerabat.
Mas kawin biasanya dibayar secara berangsur-angsur, sehingga penerimaan
keanggotaan si istri dan anak-anaknya ke dalam klen si suami adalah
secara berangsur-angsur pula. Ada juga kebiasaan untuk tidak menerima
pelunasan harta mas kawin yang terakhir, misalnya di daerah Swapraja
Amarasi. Disana angsuran mas kawin yang terakhir ditolak oleh
kerabat-kerabat dari klen si isteri, supaya si isteri tetep dapat
mempertahankan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam klen asalnya.
6. SISTEM KEMASYARAKATAN
Kerajaan-karajaan lokal atau swapraja-swapraja ini masing-masing terbagi
lagi atas beberapa daerah kekuasaan administratif yang lebih kecil lagi
bernama kefettoran, yang dikepalai oleh seorang fettor.
Penunjukan kepala desa adalah oleh fettor, sedangkan penunjukan amnasit
besar dan amnasit kecil adalah oleh kepala desa. Kepala desa, amnasit
besar dan amnasit kecil ditunjuk di antara orang-orang yang berasal dari
klen pemilik desa.
Amnasit besar di desa Soba mempunyai tugas sebagai penghubung antara
desa-desa anak dengan kepala desa dan fettor.
7. RELIGI
Agama asli orang Timor berpusat kepada suatu kepercayaan akan adanya
dewa langit Uis Neno. Dewa ini dianggap pencipta alam dan pemelihara
dikehidupan di dunia. Upacara-upacara yang di tujukan kepada Uis Neno
terutama bermaksud untuk meminta hujan, sinar matahari atau untuk
mendapatkan keturunan, kesehatan dan kesejahteraan.
Selain percaya pada Uis Neno orang Timor juga percaya kepada Dewa Bumi,
bernama Uis Afu. Dewi ini dianggap sebagai dewi wanita yang mendampingi
Uis Neno. Upacara-upacara yang ditujukan kepadanya adalah untuk meminta
berkah bagi kesuburan tanah yang sedang ditanami
8. USAHA PEMBANGUNAN DAN KEMUNGKINAN-KEMUNGKINANNYA
Serupa dengan banyak daerah lain di Nusa Tenggara Timur, pembangunan
dari Timor akan mengalami banyak kesukaran, karena: tanahnya tak subur,
susunan masyarakat dan sikap mental orang Timor masih banyak terpengaruh
oleh tradisi kuno dan adat feodal.
Untuk menghilangkan sifat-sifat yang menghambat dan memupuk sifat-sifat
yang cocok untuk membangun tidak ada jalan lain kecuali mengintensifkan
pendidikan terutama pendidikan dalam hal keahlian-keahlian yang praktis.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !