Home »
» Kopi Ermera
Kopi Ermera
Written By Unknown on Selasa, 17 Desember 2013 | 01.31
Kopi Timor Timur ini disodorkan oleh Haris ketangan saya yg disambut dengan gembira. Wah, sudah lama tidak pernah bersentuhan dengan apapun yg berbau Timor Timur (sekarang bernama Timor Lorosae). Haris dan Imel, baru saja balik dari liputan seminggu disana untuk membuat program wisata di JELAJAH. Dan oleh olehnya tentu saja sebungkus kopi ini buat saya. Sejak wilayah itu lepas dari Indonesia, memang agak susah mendapatkan kopi dari sana secara regular.
Timor Lorosae adalah sepotong kenangan dikepala. Nyaris separuh lebih usia karir wartawan saya dihabiskan jungkir balik diwilayah ini. Saking seringnya dulu kesana, saya malah merasa bahwa Dili adalah kota kampung halaman saya kedua setelah disini. Bahkan, kesana lebih sering ketimbang lebaran kerumah Eyang atau rumah saudara lainnya. Dulu, cuma ada beberapa wartawan saja yg memang sukanya mondar mandir disana, misal Oscar Matuloh dan Hermanus dari Antara, lalu Budi Shambazy dari Kompas, mas Hendro veteran TVRI, dan beberapa kawan dari media asing. Sebuah kolase cerita berwarna yg selalu direkam didalam hati, sekalipun itu merupakan kesialan atau tragis.
Kopi orisinil Timor Leste mempunyai sejarah panjang disana.
Tanaman ini tidak dibudi dayakan dalam sekejap saja. Banyak yg mengatakan bahwa kopi dibawa oleh bangsa Portugis saat menjajah dipulau kecil ini. Lalu ketika Indonesia masuk dikisaran Juni 1976, perkebunan kopi dimekarkan dan dikelola secara skala besar besaran dengan gaya monopoli oleh badan usaha yg dikontrol oleh TNI. Disebut sebut, bahwa Robi “kethek” Sumampow kawan dekat Jend Benny Moerdany, lantas mengelola perkebunan disana secara terorganisir diwilayah sejuk Aermera dan tersebar diantara 12 distrik dan 12 kota disana (seluruh Timor ada 13 distrik). Sejak Timor Leste berpisah dari Indonesia, perkebunan disana secara otomatis diambil alih pengelolaan distribusi marketingnya oleh kapitalis Australia. Ini mirip sebuah cerita berulang dari masa silam memang.
Banyak kometar sinis dari kalangan bule yg mengatakan bahwa perkebunan kopi dikangkangi oleh militer kita dimasa silam, taunya begitu mereka kapitalis Australia masuk, ternyata kelakuannya sama saja mencaplok perkebunan disana. Bisa juga malahan lebih buruk, karena dengan taraf hidup yg naik tajam, nilai mata uang Timor Leste yg merosot jatuh, hasilnya 20 ribu petani kopi terengah engah menjalani hidupnya untuk mengejar dan memenuhi standar ala industri gaya kapitalis yg lebih mementingkan produksi dan uang melulu. Produksi digenjot keras, tahun 2005 tercatat nilai ekspor Timor Leste sebesar $ 1,8 juta, dan sebanyak 90% nya didapat dari kopi. Apa yg kembali kepetani nilainya tidak seberapa, tapi rasa dan aroma kopi asli Timor sudah merajalela disemua outlet Starbuck dan diseruput oleh kalangan berduit dimana mana. No fair trade, petani digencet terus. Tantangan terbesar perkebunan disana adalah meningkatkan produksi duakali lipat per hektare nya, lalu menjaga standar mutu kopi Timor. Tanpa mutu yg terjaga, harga kopi ini akan jadi permainan tengkulak kopi dunia.
Ah lupakan “politik perkebunan”.
Ditangan sudah ada kopi Timor Leste, saatnya diseduh dan diminum dengan seruputan yg berselera. Citarasa kopi Timor bukan sekedar aroma dan rasa, tapi ada penggalan ingatan akan masa lalu buat saya. Viva Timor Leste! *** hsgautama.blogspot.com
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !