BAUCAU, PedomanNEWS
- Setiap pagi pemandangan bak surga menyapa Ricardo Ximenes Marques.
Dia tinggal di salah satu pantai di kawasan Baucau. Pria berumur 26
tahun itu bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah bar.
Air
lautnya sangat jernih – Anda bahkan tak perlu menyelam untuk melihat
pesona keindahan karang laut. Tapi hanya 27 orang yang berkunjung ke
pantai bak surga ini dalam sepekan. Dan ini tak banyak membantu Ricardo
dan saudara-saudaranya yang ingin meraih pendidikan lebih tinggi.
“Ayah
dan ibu saya tidak mempunyai uang untuk bisa menyekolahkan kami ke
perguruan tinggi. Itulah mengapa kami mencari cara lain supaya kebutuhan
keluarga bisa terpenuhi. Saya adalah anak tertua, jadi saya harus
bekerja sekeras mungkin agar bisa membantu adik-adik dan apa yang
keluarga butuhkan.”
Timor
Leste adalah salah satu negara termuda di dunia setelah merdeka 11
tahun lalu. Negara ini punya cita-cita besar untuk menyejahterakan
seluruh warganya.
Timor
Leste menunjukkan perkembangan yang baik dengan produksi gas dan minyak
bumi, tapi masih banyak penduduknya yang hidup miskin. Pemerintah kini
melirik sektor pariwisata untuk mendongkrak perekonomian negara berbekal
keindahan alam yang dimiliki negeri itu.
Ricardo
bergabung dalam program pemberdayaan masyarakat yang diikukti sekitar
15 orang. Program ini hendak membangun sektor kelautan yang
berkelanjutan, mulai dari soal perikanan dan wisata bawah laut yang
dibangun 2 tahun lalu.
Kevin Austin berada di balik proyek ini. Dia
adalah bekas penasihat keamanan PBB untuk Timor Leste yang memutuskan
untuk tinggal saat pasukan perdamaian PBB meninggalkan negeri ini tahun
lalu. Tak mudah memulai program ini.
“Ada
banyak kecurigaan, khususnya dari masyarakat.. mereka tidak mudah
percaya. Saya rasa itu ada kaitannya dengan fakta bahwa di sini dulu
salah satu pusat gerakan kemerdekaan mereka.”
Kevin
mengajarkan berbagai keterampilan – mulai dari memasak sampai mengatur
tur kapal wisata dan jasa pelayanan. Modal awalnya 50 juta rupiah – itu
hanya cukup untuk membangun sebuah bar kecil dan membeli alat
pemanggang. Tapi kini alat pemanggang itu tak sering dipakai.
Sebelum
PBB angkat kaki tahun lalu, para staff dan ekspatriat kerap datang dari
berbagai wilayah Timor Leste menuju ke pantai ini. Jumlah turis saat
ini memang belum banyak, tapi Kevin melihat adanya peluang.
“Orang
yang pernah datang ke sini – para ekspatriat – tidak pernah
menghabiskan banyak uang di Timor Leste. Uangnya malah lebih banyak ke
luar negeri. Beda dengan para turis yang datang karena ingin punya
pengalaman tinggal bersama penduduk lokal, dan bersedia membayar untuk
mendapatkannya.”
Tapi
tantangan terbesar yang dihadapi adalah infrastruktur wilayah tersebut.
Butuh waktu berjam-jam untuk mencapai pantai Baucau --- melewati jalan
berliku dan berbatu sehingga kendaraan sulit melintas. Namun pemerintah
berjanji untuk membangun infrastruktur dan mempromosikan Timor Leste
sebagai negara tujuan wisata.
Tahun lalu, ada sekitar 120 ribu wisatawan datang dan pemerintah berencana menaikkan jumlahnya menjadi dua kali lipat.
Menteri
Negara untuk Seni dan Budaya, Maria Isabel mengatakan pemerintah
memproyeksikan Timor Leste sebagai tempat wisata petualangan populer di
peta dunia.
“Bukannya
kami tidak menginginkan hotel berbintang 4 atau 5 tapi kami ingin
menunjukkan keindahan alam negeri ini. Kalau itu yang mereka mau, merka
tinggal pergi ke Bali... mereka punya segalanya di sana. Bahkan hotel
berbintang 7, kalau saya tidak salah. Yang ingin kami lakukan disini
adalah tempat petualangan wisata dimana wisatawan yang datang dapat
berinteraksi langsung dengan penduduk lokal. Kami ingin wisatawan
melihat bagaimana penduduk lokal hidup sehari-harinya.”
Meski
tantangan menghadang, Timor Leste menyimpan pesona keindahan alam dan
berbagai potensi pariwisata lainnya menunggu untuk digali.
Dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi berkat eksplorasi gas dan minyak bumi,
banyak yang percaya kalau pemerintah bakal berhasil mewujudkan cita-cita
mereka. Pakar ekonomi Bank Dunia, Hans Beck mengatakan kita perlu
melihat situasiTimor Leste dalam konteks tertentu.
“Negara
ini baru saja berumur 11 tahun dan mereka memulainya dari nol.
Penelitian mengungkapkan dibutuhkan 15 sampai 30 tahun bagi sebuah
negara yang baru saja merdeka untuk berkembang dari masa pasca konflik
menjadi negara yang ekonominya stabil. Jadi apa yang Timor Leste lakukan
sejauh ini adalah luar biasa.”
Tapi seperti penduduk Timor lainnya, Ricardo berharap laju pembangunan bisa berjalan cepat.
“Pemerintah
melakukan apa yang perlu dilakukan. Pariwisata adalah bidang yang
istimewa. Mereka harus menjadikan ini sebagai tujuan terpenting. Tapi
jujur saja, seperti yang kita semua tahu, Timor Leste adalah negara yang
muda, jadi kami harus belajar dari negara lain yang lebih berpengalaman
seperti negara tetangga, Indonesia dan khususnya Australia.”
Tapi
masih banyak orang di dunia yang beranggapan kalau Timor Leste masih
jadi medan perang. Contohnya, pemerintah Amerika Serikat yang masih
memperingatkan warga negaranya untuk tetap waspada saat berkunjung ke
Timor Leste. Jadi pertarungan terbesar yang pemerintah Timor Leste
hadapi adalah mengubah cara pandang dunia terhadap negara mereka.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !